Hobi seorang blogger, sekaligus pengguna internet, adalah
surfing, browsing, membaca artikel-artikel blog, mengambil manfaat, mengetahui
hal baru, dan menyerap ilmu yang ada di dalam artikel-artikel tersebut. Sebagai
blogger, saya memahami betul bahwa menulis bukanlah pekerjaan sambil lalu,
sehingga menilai sebuah artikel/konten blog secara strictly sepertinya bukanlah
hal yang bisa dilakukan semena-mena.
Tapi sebagai pembaca umum, layaknya seluruh pengguna
internet di dunia ini, kadang saya merasa agak jengah apabila membaca artikel
yang penuh dengan keyword-keyword tidak jelas atau isinya membingungkan, bahkan
kadang tidak bisa mengambil intisari apapun.
Untuk Siapa atau... Apa?
Tidak diragukan lagi bahwa menulis artikel (konten) blog
adalah pekerjaan besar. Tidak perlu menjadi seseorang yang jenius untuk
mengetahui hal ini. Setiap hari, ribuan artikel blog baru diterbitkan dan
dirilis ke dunia internet, demikian pula dengan pemunculan blog-blog baru yang
kian hari kian berjejal. Sebagian memberikan kesan dan menarik perhatian,
sebagian lainnya kehilangan atau tidak punya intensi sama sekali. Konten
tersebut tidak ditulis untuk orang yang tepat. Hah? Bagaimana bisa? Maksud
saya, konten tersebut tidak ditulis untuk orang-orang sebagaimana yang
ditargetkan oleh judul dan isi konten
itu.
Untuk lebih memperjelas, artikel blog setidaknya memiliki 3
pilihan target:
1. Pembaca
2. Google
3. Penulis blog sendiri
Yang pertama sudah jelas.Yang kedua, sudah jelas pula jika
si Blogger sudah berkenalan dengan dunia SEO blog, dan terutama mentarget
Google. Yang ketiga? Maksudnya gimana tuh, om? Mungkin agak tidak masuk
akal, tapi motivasi untuk poin ketiga
ini sangat jelas, dan dapat dibaca dari artikel yang ditulis. Saya akan
membahasnya belakangan.
Faktor Readability dan Tujuan Penulisan
Readability bisa diartikan sebagai kemampuan sebuah tulisan
untuk bisa dibaca dan dicerna dengan baik oleh pembaca. Kaitannya adalah dengan
kenyamanan membaca. Faktor-faktornya ditentukan pada susunan tulisan, seperti,
misalnya, font yang dipilih, panjang pendek paragraf, diksi atau pilihan kata,
penggunaan heading untuk memilah, komposisi, struktur, dan lain sebagainya;
serta kualitas isi konten/artikel. Hal ini menjadi prasyarat untuk bisa membuat
artikel (blog) yang menarik dan dapat dibaca dengan nyaman.
Tujuan penulisan berpengaruh besar pada penggunaan
faktor-faktor tersebut. Jika anda membuat artikel untuk pembaca, tentu akan
sangat mawas dengan format tulisan dan kualitas artikel yang anda buat: Apakah sudah enak dibaca? Apakah isinya sudah
pantas disuguhkan? Sayangnya, saya banyak menemui artikel blog dengan struktur
yang ala kadarnya, karena tidak lain tujuannya adalah sekedar untuk Google.
Google adalah mesin, yang tidak memperhatikan kenyamanan, hanya membaca tag-tag
dan isi teks tanpa memperhatikan faktor-faktor lainnya. Tidak jarang,
artikel-artikel demikian cuma berisi keyword-keyword yang dipaksakan dan
ditumpuk sebanyak-banyaknya agar Google mengetahui penekanannya. Istilah
jawanya, "mekso banget...".
Dalam hasil pencarian, beberapa artikel tampak wah,
menakjubkan, ditandai dengan judul yang bombastis, "5 Tips Praktis Menjadi
Blogger Profesional", "10 Cara Menakjubkan Meraup Dollar dari
Internet, Terbukti!", dan sejenisnya. Setelah pengunjung klik dan masuk
pada halaman yang dimaksud, isinya kosong melompong. Hanya berisi
keyword-keyword, beberapa baris kalimat, serta tidak ada pembahasan atau solusi
yang jelas.
Menghindari Penulisan Artikel Spam
Google sudah menegaskan berkali-kali bahwa sebuah konten web
harus memiliki penekanan nilai (valuable content) untuk pembaca. Alih-alih,
konten atau artikel yang hanya ditujukan pada Google (spam content) berbahaya
bagi usaha SEO yang dilakukan karena Google menganggapnya merugikan pembaca dan
mengotori hasil pencarian. Tugas Algoritma Google Panda ada di wilayah ini
Cara untuk menghindari cap spam oleh Google sederhana
sekali: pikirkan pembaca. Memberikan penekanan pada kepentingan pembaca akan
menghindarkan anda dari upaya-upaya spamming. Ketika hendak menyisipkan
keyword, misalnya, pikirkan apakah pembaca akan merasa bingung, tidak nyaman,
dibuat berputar-putar? Jika tidak memungkinkan menyisipkan keyword secara
natural, urungkan.
Menurut hemat saya, artikel yang ditulis secara natural akan
menghadirkan rangkaian-rangkaian keyword dengan sendirinya, sehingga, bagi saya
pribadi, saya lebih suka untuk tidak berpikir tentang menyisipkan keyword sama
sekali. Namun demikian, apabila anda merasa masih ada kebutuhan untuk itu,
berikan perkiraan persentase. Jika harus disampaikan dalam bentuk proporsi
angka, yah.. kira-kira berikan sekitar 70% untuk pembaca dan 30% untuk Google.
Semua Tentang Saya
Seperti yang disinggung sedikit di atas, ada satu lagi
tujuan penulisan artikel blog: untuk penulis artikel blog itu sendiri. Yang
saya maksud adalah si blogger terlalu banyak memikirkan diri sendiri tanpa
memikirkan kebutuhan pembaca. Ada 2 konteks:
1. Terlalu banyak berbicara tentang diri sendiri, yang
seharusnya cukup dia simpan sendiri. Kecuali blog-blog yang benar-benar
bersifat pribadi. Istilah inipun juga rancu karena sebenarnya tidak ada blog
yang benar-benar pribadi (kecuali di-setting untuk hanya bisa dibaca diri
sendiri, yah semacam diary lah he..he..).
Ingat, blog bukan Facebook.
Ini jauh berbeda dengan konteks menyampaikan sebuah
pengalaman yang dapat diambil intisari, solusi, dan pelajarannya bagi
kepentingan atau masalah orang lain, atau yang memiliki unsur hiburan. Konsep
yang diusung adalah cerita, ada pemilihan topik yang disadari betul oleh
penulisnya. Ada beberapa cerita pribadi yang sangat menarik, menghibur,
memberikan pengalaman, pelajaran, seperti misalnya artikel-artikel di salah satu
blog favorit saya, blog mbak Dewi Fatma, atau salah satu blog yang cukup
terkenal, Raditya Dika. Meskipun tampak sebagai cerita sehari-hari dan
personal, tapi tidak bisa dilepaskan dari unsur kepenulisan naskah cerita:
pemilihan topik, konsep, dan seterusnya.
Pengcualiannya, ini sah jika anda memang benar-benar membuat
blog untuk berkomunikasi, bercerita, dan berkeluh kesah dengan teman lainnya.
Jangankan pembaca umum, SEO pun tidak diperlukan. Tapi jika anda membuat
judul-judul yang bersifat umum, maka bertanggungjawablah secara keseluruhan
terhadap pembaca umum.
2. Terlalu banyak mengumbar informasi pribadi yang tidak
perlu, misalnya tentang keahlian-keahlian teknis dan tingkat pengetahuan anda
pada suatu topik yang dibicarakan. Ini tidak perlu. Gunakan "saya"
sebagai subyek dalam artikel, tapi bukan "tentang saya".
Biarlah pembaca sendiri yang membuat kesimpulan tentang
keahlian anda melalui tulisan-tulisan anda tanpa harus mendapatkan penjelasan
tentang keahlian dan bidang apa yang anda kerjakan di dalam artikel.
Jika memang diperlukan sediakan ruang, halaman "tentang
saya" atau "about me", atau website/blog khusus yang memberikan
penjelasan tentang keahlian anda dan atau jasa yang ditawarkan. Pembaca yang
penasaran pasti akan mencari informasi tentang anda. Jika informasi tersebut
disampaikan di dalam konten/artikel, pembaca akan merasa terlalu dijejali
informasi tentang anda, anda, dan anda. Mereka datang untuk mencari informasi,
wacana, tawaran, solusi, atau hiburan; bukan informasi tentang anda.
Kesimpulan
Apabila diramu dengan tepat, konten blog adalah media yang
ampuh untuk membangun keterlibatan diri
anda dengan pengunjung. Memikirkan pembaca dan meramu konten dengan baik
akan membantu anda membangun otoritas pada niche yang diusung. Namun demikian,
tidak sedikit blogger yang memiliki motivasi menulis hanya untuk Google atau
dirinya sendiri. Jika ini terjadi, maka kemungkinan besar pengunjung tidak akan
datang untuk kedua kalinya dan seterusnya. Konten berkualitas dan ditujukan
untuk membantu pembaca akan memiliki kesempatan besar untuk dibagi, dijadikan
referensi, dan membuat pengunjung
menanti-nanti konten anda berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar