Beberapa waktu terakhir ini, kita melihat begitu banyak
perubahan Google, terutama di hasil pencarian atau SERPs; semua dimulai karena
adanya Panda update hingga Penguin update, sebutan Google untuk perubahan atau
update dari WebSpam algorithm changes, perubahan dan penyesuaian algoritma
untuk memerangi spam dan memberikan hasil pencarian yang lebih berkualitas.
Bulan April adalah bulan super sibuk karena begitu banyak perubahan algoritma,
yang kemudian diikuti dengan teriakan kegembiraan bagi mereka yang mendapat
"berkah" dari perubahan-perubahan itu dan sebagian lainnya
mengumpat-ngumpat karena halaman-halaman situs mereka tenggelam di hasil
pencarian bahkan terkena penalti. Terakhir, pada awal Mei ini, ada update
pagerank. Lengkap sudah.
Saya pribadi tidak bisa bilang saya sedih dengan perubahan
ini karena saya memang mendapatkan hasil yang lebih baik di pencarian daripada
1 atau 2 tahun yang lalu, hasil yang lebih fresh dan berkualitas. Memang ini
yang ditekankan oleh Google, content freshness and quality content. Konten yang
relevan dengan apa yang berlaku sekarang. Tidak mungkin saya mencari tips SEO
di Google dan kemudian menghasilkan list hasil pencarian yang memuat judul
"arti penting reciprocal link", yang masih berlaku beberapa tahun
lalu, namun sama sekali tidak relevan atau tidak memiliki efek lagi pada SEO
saat ini.
Inilah yang kemudian menciptakan pandangan-pandangan baru di
dunia SEO. Saya melihat banyak artikel-artikel luar yang mulai memahami
perubahan ini dan merubah berbagai macam pandangan dan teknik SEO lama yang
sudah usang dan tidak relevan. Namun sayangnya, tidak banyak yang menghiraukan
sehingga masih saja saya melihat praktek-praktek SEO usang yang dilakukan.
Hal yang sering ditemui adalah mengenai link building. Link
building penting, tapi bukan satu-satunya. Link building dianggap satu-satunya
prioritas dalam SEO sehingga banyak yang kemudian mengambil jalan pintas dengan
melakukan spam pada komentar-komentar blog, bookmark, dll. Bahkan secara
serampangan: mengisi seluruh komentar posting suatu blog dengan link spam,
dengan harapan Google akan melirik link-link tersebut dan langsung meningkatkan
peringkatnya di SERP. Ini salah. Karena webspam justru akan meliriknya sebagai
over-optimized SEO, usaha SEO yang berlebihan, tidak wajar, "terlalu
mengada-ada" (Cek google link building tips). Padahal SEO tidak hanya pada
itu. Hal penting saat ini justru terletak pada on-page SEO, yaitu bagaimana
anda membuat konten berkualitas dan menyusun struktur web/blog seperti navigasi
dan internal linking yang membuat pengunjung merasakan kenyamanan dalam
menggunakan web anda (user experience). Apa yang berkualitas dan mudah bagi
user, mudah pula bagi crawler untuk merayapinya. Sering saya mendapati
komentar-komentar yang sama, dengan link yang sama pula, dan diberondongkan
secara bertubi-tubi pada blog ini. Ini justru tidak efektif dan dapat melukai
usaha SEO yang dilakukan. Alasannya?
1. Over-optimized SEO. Jumlah link yang dibangun di luar
batas wajar. Jika konten anda tidak sepadan, jumlah link terlalu banyak dalam
medio tertentu, dan link yang anda bangun berkualitas rendah (dari spam),
kemungkinan penalti sangat tinggi. Sia-sia saja bukan?
2. Bad Branding. Di mata manusia, suatu brand yang telah
memiliki "cap buruk" efeknya jauh lebih terasa daripada cap buruk
yang diberikan oleh search engine (penalti). Bayangkan jika spam anda dilihat
di berbagai posting blog oleh pembaca: link ditanam terlalu banyak/bertubi-tubi
dan isi komentar yang tidak relevan atau asal njeplak, apa yang akan terjadi?
Orang yang melihatnya akan menilai bahwa brand tersebut tidak bisa berbuat
banyak selain nyepam. Efeknya, tingkat kepercayaan terhadap brand menurun,
brand awareness hilang. Usaha promosi yang dilakukan berubah menjadi usaha
penghancuran brand.
Jika ini dilakukan untuk melakukan marketing, terlebih lagi
jika anda hanya reseller, maka anda sedang melakukan penurunan kualitas brand
yang sebenarnya sudah cukup terkenal dan dipercaya masyarakat.
Oleh karena itu, berhati-hati ketika melakukan usaha SEO itu
penting, karena apa yang dilakukan tidak semata-mata berefek pada SEO saja,
tetapi juga pada target (baca: user/customer/visitor). Jika anda menggunakan
jasa SEO, pastikan ada deskripsi jelas dari usaha SEO yang mereka lakukan.
Apakah dengan cara link building yang baik atau spam? Apakah mereka memahami
struktur dan konten web anda dan melakukan usaha SEO onpage yang matang? Apakah
jasa SEO tersebut selalu update dengan perkembangan dunia SEO? Apakah
profesionalitas dilibatkan dalam layanan? Selidiki terlebih dahulu sebelum anda
memutuskan. Karena keputusan yang salah dapat melukai brand yang sedang anda
bangun.
Google telah merilis 52 update dan perubahan yang terjadi
pada bulan April. Satu poin yang cukup menonjol adalah "No freshness boost
for low-quality content", artinya konten berkualitas rendah tidak akan
mendapatkan penaikan peringkat keterbaruan (freshness), karena yang diangkat ke
permukaan/top results adalah konten-konten fresh berkualitas dan memiliki
relevansi tinggi. Meskipun suatu konten baru atau fresh, Google akan menilainya
dulu sebelum memberikan freshness boost. Apakah layak muncul di hasil pencarian
teratas atau tidak.
Paradigma usang lain dalam hal SEO adalah mengenai keyword.
Penggunaan keyword memang penting karena apa yang muncul di hasil pencarian memberikan
deskripsi pada pengunjung mengenai isi konten. Deskripsi yang mengandung
keyword akan memberikan kemudahan bagi user untuk melihat apa yang disampaikan
oleh suatu halaman. Kemungkinan klik pun akan semakin besar karena pengunjung
tertarik. Namun apa yang terjadi jika deskripsi tersebut (baik pada judul
maupun snippet) berantakan, hanya berisi keyword tanpa membentuk suatu kalimat
atau frase yang jelas? Tentu pengunjung akan bingung dan kemungkinan klik (CTR)
justru kecil. Oleh karena itu, keyword stuffing (pembanjiran konten dengan
keyword) adalah apa yang diperangi Google. Usaha ini tidak berlaku lagi pada
SEO sekarang.
Contoh keyword stuffing yang sangat keterlaluan:
klik utk memperbesar. Image by insidesearch.blogspot.com
Kita lihat pada contoh gambar tersebut, keyword phrase
ditulis sangat banyak dan variatif tanpa ada informasi jelas mengenai apa
sebenarnya yang disampaikan. Penggunaan keyword seperti itu dimaksudkan untuk
mencapai hasil SERP tinggi, namun sekarang hal ini tidak berefek apapun selain
penalti. Cara yang dilakukan biasanya adalah menyembunyikan konten seperti di
atas dengan menggunakan CSS display atau visibility (display:none atau
visibility:hidden, atau keduanya sekaligus) sehingga pembaca tidak melihatnya.
Cara lain adalah dengan menggunakan dynamic content, biasanya dengan
memanfaatkan XML tag, base64 atau eval (enkripsi) yang memanggil konten
otomatis tertentu.
Ada banyak contoh dan praktek SEO lain yang cukup variatif,
namun apa yang disampaikan menurut saya cukup memberikan gambaran mengenai
upaya SEO yang sudah usang, apalagi praktek-praktek tersebut lebih condong ke
black hat SEO yang efeknya hanya sesaat.
Beberapa contoh paradigma SEO dan cara optimasi website/blog
di atas semestinya tidak serta merta diterima dengan mentah. Ada banyak
perkembangan dan perubahan (update) search engine saat ini. Teknologi terus
berkembang, dan search engine terus berupaya untuk melakukan update terhadap
algoritmanya, sehingga kita perlu meninjau usaha SEO yang kita lakukan dan
berhati-hati dengan petunjuk atau
tutorial SEO yang usang atau tidak up-to-date, bahkan dapat menyesatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar